Memanfaatkan Waktu Luang bagi Mahasiswa
Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada
dalam kerugian, kecuali orang yang beriman dan orang-orang yang mengerjakan
amal shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS.
Al-‘Asr : 1-3).[1]
Surat di atas
berpesan kepada kita untuk menghargai waktu yang diberikan oleh sang Khalik,
Allah SWT. Dengan kesempatan hidup yang diberikan olehNya tentunya kita tidak
ingin merugi di akhirat nanti bukan?
Allah
telah memberikan waktu 24 jam setiap harinya. Kita harus mensyukuri tiap detik
yang diberikan oleh Allah SWT. Merugilah atas orang yang membuang waktunya
dengan percuma. Karena kelak perbuatannya akan dipertanggungjawabkan di
akhirat. Banyak kebaikan yang bisa kita lakukan setiap hari, mulai dari bangun
tidur hingga terlelap lagi. Waktu bagaikan mesin pembunuh, kita tentu tidak
tahu kapan kematian akan menjemput. Hidup ini sangat singkat, jadi
pintar-pintarlah berteman dan bermain dengan waktu.[2]
Pengelolaan
waktu tentu memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia ,
mahasiswa khususnya sehingga kadang waktu selama 24 jam setiap harinya terasa
kurang karena rutinitas dan kesibukan akademik dan organisasinya, tetapi di
sisi lain waktu terasa berlebihan sehingga mahasiswa tidak pintar berteman
dengan waktu sehingga waktu tidak dapat digunkan seoptimal mungkin dan tidak
menghasilkan apa-apa.
Ada enam sifat waktu, yakni :
1.
Waktu adalah
berkah Allah SWT yang paling adil dan konsisten, artinya manusia diberi waktu
yang sama yaitu 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu.
2.
Waktu adalah
kekayaan individual.
3.
Waktu tidak
berubah, artinya kita tidak dapat menambah dan menguranginya.
4.
Waktu tidak
dapat disimpan dan dikumpulkan.
5.
Waktu selalu
berjalan maju.
6.
Waktu berwajah
penggoda, artinya waktu dapat datang dengan godaannya yang sangat memikat,
kalimat-kalimatya “Ntar., Besok saja!”[3]
Waktu datang tanpa diundang, pergi tanpa pamit, dan tidak bisa
kembali lagi. Mahasiswa yang tidak bisa bersahabat dengan waktu maka seharusnya
mahasiswa itu menyesal, karena sahabat terbaik manusia sudah dengan sia-sia ia
acuhkan. Sedikit sekali mahasiswa yang mau memperlakukan waktunya dengan baik.
Duduk di bangku perkuliahan tentu tidak sama dengan duduk di bangku sekolah,
mengapa? Waktu luang yang dimiliki mahasiswa tentu lebih banyak jika
dibandingkan dengan waktu luang anak-anak sekolah. Bisa saja dalam sehari
mahasiswa hanya mempunyai schedule satu mata kuliah,
jadi waktu luang yang dimiliki masih sangat banyak. Berbeda dengan anak
sekolah, dalam satu hari bisa 4-5 mata
pelajaran dengan porsi waktu yang berbeda-beda.
Mahasiswa yang cerdas adalah mahasiswa yang
bisa memenejemen waktu dengan sebaik-baiknya. Waktu memang tidak bisa kembali
lagi, tetapi mereka sangat pemaaf, meskipun selalu disia-siakan pasti mereka
akan kembali lagi. Jadi, rugilah mahasiswa yang tidak pintar mengelola
waktunya.
Semua ada waktunya sendiri-sendiri. Belajar,
bermain, menonton televisi, mendengarkan musik, membaca, menulis, dan bercanda serta
bercerita dengan teman. Iya, ada waktunya. Mahasiswa mempunyai rutinitas
belajar jika ada jam mata kuliah, setelah itu bisa saja mahasiswa mengisi waktu
luangnya di perpustakaan, membaca dan menambah pengetahuan di sana. Berdiskusi
dengan temen, tentunya berdiskusi tentang materi perkuliahan, atau
masalah-masalah yang baru-baru ini hangat diperbincangkan di media massa.
Waktu adalah sesuatu yang sangat berharga jika
mereka mau menyadarinya. Kata orang-orang waktu adalah uang, waktu adalah emas.
Jadi menurut saya waktu itu mahal. Jika saja untuk mempunyai waktu kita harus
membelinya dengan uang atau emas, berapa banyak uang atau emas yang harus kita
keluarkan untuk itu? Banyak sekali, dan bisa-bisa manusia di bumi ini menjadi
rendah ekonomi karena uangnya habis untuk membeli waktu.
Untungnya Allah tidak menjual waktuNya dan
dipertukarkan dengan uang atau emas, tetapi Allah memberikannya secara gratis.
Tetapi tidak banyak mahasiswa yang mau mensyukurinya. Masih banyak mahasiswa
yang mengisi waktu luangnya atau lebih tepatnya membuang waktunya dengan
bermalas-malasan. Apalagi teknologi sekarang sudah sangat canggih, setiap
mahasiswa sudah mempunyai smartphone yang di dalamnya berisi banyak aplikasi.
Bermain-main di sosial media, facebook, twitter, blacberry messanger, dan masih
banyak lagi.
Setelah perkuliahan selesai, mahasiswa lebih
memilih membuat status di facebook atau twitternya, mengadu kepada sosial media
karena kuliah hari ini bikin pusinglah, nggak mudeng sama materi kuliahnyalah,
tugas banyak, dan banyak lagi. Bukan malah mencari referensi rujukan, mencari
bahan tambahan untuk mengatasi kesulitannya atau mendiskusikannya dengan teman-
teman mereka. Mereka membuang waktunya, menyia-nyiakannya, kasihan sekali.
Atau menulis, setisp mahasiswa pasti mempunyai
laptop, dan membawanya di masing-masing tas mereka. Sangat sayang sekali jika
laptop hanya dimanfaatkan untuk sarana yang membantu mahasiswa menyelesaikan
tugas kuliah, dan mencari tempat ber-wifi untuk bermain di sosial media.
Alangkah lebih baiknya jika mereka juga memanfaatkannya untuk menulis. Menulis
apa saja, cepen, puisi, artikel, syukur-syukur bisa sampai membuat novel/buku.
Dan jika mereka mau, mereka bisa menjadi mahasiswa yang luar biasa. Anggap saja
menulis menjadi karier dini mereka di bangku perkuliahan.
Mengisi waktu luang juga bisa dengan
berwirausaha, seperti yang saya lihat di kampus akhir-akhir ini. Mahasiswa
perbankan syariah, katanya hanya dengan modal lima puluh ribu dia bisa membuka
warung kecil-kecilan itu. Hanya bermodal meja kecil, dan toples untuk tempat
uang yang didapat dari makanan-makanan yang dijualnya.
Sampai kampus, dia langsung membuka warungnya,
apabila ada kuliah, dia titipkan warungnya kepada temannya, selesai kuliah dia
yang menjaga warungnya sendiri. Tetapi tidak juga melupakan kewajibannya untuk
belajar, hanya menunggu warung saja juga belum mengisi waktu luang dengan baik,
sering membawa buku-buku bacaan bisa menambah kekayaan pengetahuannya. Luar
biasa bukan?
Sedikit sekali mahasiswa yang mau menghabiskan
waktunya di kampus dengan hal-hal yang positif, mereka banyak yang menjadi
mahasiswa kupu-kupu. Hanya kuliah pulang kuliah pulang, selalu begitu, monoton
sekali. Rutinitasnya hanya masuk kelas, belajar, selesai terus pulang. Sampai
rumah paling-paling hanya menonton televisi, acara-acara tidak jelas, sinetron,
ftv, gosip, atau kartun spongebob. Pasti juga tidak banyak waktu mereka
habiskan untuk membantu orangtua di rumah, lagi-lagi bermalas-malasan.
Mahasiswa seperti ini seharusnya mendapat pencerahan setiap harinya, agar
mereka mau menyadari bahwa waktu sekarang sangat menentukan waktu di masa yang
akan datang, akan seperti apa dan bagaimana. Semuanya ada di tangan mahasiswa
itu sendiri.
Berbagai UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) di
bidangnya masing-masing. Olahraga, teater, musik, jurnalistik, pecinta alam,
dan bahasa. Setiap mahasiswa pasti mempunya bakat dan minatnya masing-masing.
Seharusnya mahasiswa pintar membaca dirinya, mau jadi apa besok? Mahasiswa yang
mempunyai bakat menyanyi, masuklah ke UKM di bidang musik, mahasiswa yang
mempunyai bakat atlet, ikutlah UKM dalam bidang olahraga. Di sana mahasiswa
bisa mengembangkan bakat dan minatnya, tidak sia-sia, sangat bermanfaat untuk
hari esoknya.
Mungkin ada di antara mahasiswa yang masih
bingung bagaimana cara memilih kegiatan rutin di sela-sela waktu luang yang
sesuai dengan diri mereka. Ada hal-hal penting yang perlu dipertimbangkan untuk
menentukan pilihan yakni[4] :
1. Kenali bakat atau potensimu, intropeksi dengan
mengaca pada perjalanan pengalaman prestasi di masa sebelumnya
2. Pilih kegiatan yang sama atau dekat dengan
hobbi.
3. Pilih kegiatan yang menunjangcita-citamu di
masa depan.
Dengan seperti itu diharapkan mahasiswa bisa
mempersiapkan karpet merah untuk jalannya ke masa depan.
Budayakan membaca Al-Qur’an di lingkungan
kampus, di mana-mana. Itu ngendikane Bapak Imam Mas Arum, dosen mata
kuliah Bahasa Indonesia semester satu saya. STAIN Salatiga adalah perguruan
tinggi yang bernuansa islam. Maka memang sudah seharusnya STAIN Salatiga
disejukan oleh nafas Al-Qur’an. Mahasiswa yang belum melek Al-Qur’an, maksudnya
yang belum mempunyai kesadaran untuk meluangkan waktunya dengan membaca
Al-Qur’an adalah mahasiswa yang juga belum bisa mensyukuri karunia Allah yang
berupa waktu 24 jam setiap harinya.
Membaca Al-Qur’an, selain kita mendapat pahala
dari setiap kebaikan di dalamnya, kita juga mendapat ilmu yang luar biasa. Ilmu
dari Allah langsung, ilmu yang menciptakan Allah, dan ilmu yang bersumber dari
Allah.
Selain membaca, boleh sekali mahasiswa
menghafal ayat-ayat di dalam Al-Qur’an, ini akan semakin menjadikan mahasiswa
sebagai manusia yang beraqidah dan berakhlak, karena di dalam Al-Qur’an
terdapat banyak nilai-nilai kehidupan yang dapat kita ambil dan kita jadikan
pedoman untuk menjalani kehidupan di dunia. Serta mengamalkannya.
Jadi, memang benar seharusnya mahasiswa
mengisi waktu luangnya dengan membudayakan membaca Al-Qur’an di lingkungan
kampus, di masjid, mushola, perpustakaan, di kelas, dan di mana-mana.
Akhirnya, mengisi waktu luang dengan
sebaik-baiknya dan seoptimal mungkin merupakan rasa syukur kita kepada Allah
SWT yang mengkaruniai nikmat dan kekayaanNya yang berupa waktu 24 jam setiap
harinya. Setiap kita mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermakna, itu
adalah sebuah kebaikan, dan akan menjadi banyak kebaikan. Dan tidak terasa,
kita tidak lagi mempunyai waktu luang yang terbuang percuma. Dan satu lagi,
jika kita berani membuang waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, kita juga
berani menerima kerugian di masa yang akan datang. Sebaliknya, jika kita berani
mengorbankannya dengan sebuah kebaikan, kita juga akan dengan berani mengatakan
“Aku bisa menjadi orang sukses karena kebaikanku kepada waktu.”
[1] Yayasan penyelenggara
Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen
Agama Republik Indonesia, Bandung, 2007, hlm. 601.
[2] Khayeera Indana Hulwah dan Aliyah
Tsurayya, Yang Perlu Dilakukan Muslimah Sepanjang Tahun, Qultum Media,
Jakarta, 2013, hlm. Vi.
[3] Abu Nayla Al Magety, Manajemen Waktu,
Moncer Publisher, Yogyakarta, 2010, hlm. 21.
[4] Tim Tazkiya Stain Salatiga, Menggapai
Masa Depan Gemilang, Stain Salatiga Press, Salatiga, 2012, hlm. 59-60.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar