Jumat, 23 Mei 2014

Memanfaatkan Waktu Luang Untuk Mahasiswa



Memanfaatkan Waktu Luang bagi Mahasiswa

Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang yang beriman dan orang-orang yang mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al-‘Asr : 1-3).[1]
Surat di atas berpesan kepada kita untuk menghargai waktu yang diberikan oleh sang Khalik, Allah SWT. Dengan kesempatan hidup yang diberikan olehNya tentunya kita tidak ingin merugi di akhirat nanti bukan?
Allah telah memberikan waktu 24 jam setiap harinya. Kita harus mensyukuri tiap detik yang diberikan oleh Allah SWT. Merugilah atas orang yang membuang waktunya dengan percuma. Karena kelak perbuatannya akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Banyak kebaikan yang bisa kita lakukan setiap hari, mulai dari bangun tidur hingga terlelap lagi. Waktu bagaikan mesin pembunuh, kita tentu tidak tahu kapan kematian akan menjemput. Hidup ini sangat singkat, jadi pintar-pintarlah berteman dan bermain dengan waktu.[2]
Pengelolaan waktu tentu memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia , mahasiswa khususnya sehingga kadang waktu selama 24 jam setiap harinya terasa kurang karena rutinitas dan kesibukan akademik dan organisasinya, tetapi di sisi lain waktu terasa berlebihan sehingga mahasiswa tidak pintar berteman dengan waktu sehingga waktu tidak dapat digunkan seoptimal mungkin dan tidak menghasilkan apa-apa.



Ada enam sifat waktu, yakni :
1.      Waktu adalah berkah Allah SWT yang paling adil dan konsisten, artinya manusia diberi waktu yang sama yaitu 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu.
2.      Waktu adalah kekayaan individual.
3.      Waktu tidak berubah, artinya kita tidak dapat menambah dan menguranginya.
4.      Waktu tidak dapat disimpan dan dikumpulkan.
5.      Waktu selalu berjalan maju.
6.      Waktu berwajah penggoda, artinya waktu dapat datang dengan godaannya yang sangat memikat, kalimat-kalimatya “Ntar., Besok saja![3]
Waktu datang tanpa diundang, pergi tanpa pamit, dan tidak bisa kembali lagi. Mahasiswa yang tidak bisa bersahabat dengan waktu maka seharusnya mahasiswa itu menyesal, karena sahabat terbaik manusia sudah dengan sia-sia ia acuhkan. Sedikit sekali mahasiswa yang mau memperlakukan waktunya dengan baik. Duduk di bangku perkuliahan tentu tidak sama dengan duduk di bangku sekolah, mengapa? Waktu luang yang dimiliki mahasiswa tentu lebih banyak jika dibandingkan dengan waktu luang anak-anak sekolah. Bisa saja dalam sehari mahasiswa hanya mempunyai schedule satu mata kuliah,  jadi waktu luang yang dimiliki masih sangat banyak. Berbeda dengan anak sekolah, dalam satu hari  bisa 4-5 mata pelajaran dengan porsi waktu yang berbeda-beda.
Mahasiswa yang cerdas adalah mahasiswa yang bisa memenejemen waktu dengan sebaik-baiknya. Waktu memang tidak bisa kembali lagi, tetapi mereka sangat pemaaf, meskipun selalu disia-siakan pasti mereka akan kembali lagi. Jadi, rugilah mahasiswa yang tidak pintar mengelola waktunya.
Semua ada waktunya sendiri-sendiri. Belajar, bermain, menonton televisi, mendengarkan musik, membaca, menulis, dan bercanda serta bercerita dengan teman. Iya, ada waktunya. Mahasiswa mempunyai rutinitas belajar jika ada jam mata kuliah, setelah itu bisa saja mahasiswa mengisi waktu luangnya di perpustakaan, membaca dan menambah pengetahuan di sana. Berdiskusi dengan temen, tentunya berdiskusi tentang materi perkuliahan, atau masalah-masalah yang baru-baru ini hangat diperbincangkan di media massa.

Waktu adalah sesuatu yang sangat berharga jika mereka mau menyadarinya. Kata orang-orang waktu adalah uang, waktu adalah emas. Jadi menurut saya waktu itu mahal. Jika saja untuk mempunyai waktu kita harus membelinya dengan uang atau emas, berapa banyak uang atau emas yang harus kita keluarkan untuk itu? Banyak sekali, dan bisa-bisa manusia di bumi ini menjadi rendah ekonomi karena uangnya habis untuk membeli waktu.
Untungnya Allah tidak menjual waktuNya dan dipertukarkan dengan uang atau emas, tetapi Allah memberikannya secara gratis. Tetapi tidak banyak mahasiswa yang mau mensyukurinya. Masih banyak mahasiswa yang mengisi waktu luangnya atau lebih tepatnya membuang waktunya dengan bermalas-malasan. Apalagi teknologi sekarang sudah sangat canggih, setiap mahasiswa sudah mempunyai smartphone yang di dalamnya berisi banyak aplikasi. Bermain-main di sosial media, facebook, twitter, blacberry messanger, dan masih banyak lagi.
Setelah perkuliahan selesai, mahasiswa lebih memilih membuat status di facebook atau twitternya, mengadu kepada sosial media karena kuliah hari ini bikin pusinglah, nggak mudeng sama materi kuliahnyalah, tugas banyak, dan banyak lagi. Bukan malah mencari referensi rujukan, mencari bahan tambahan untuk mengatasi kesulitannya atau mendiskusikannya dengan teman- teman mereka. Mereka membuang waktunya, menyia-nyiakannya, kasihan sekali.
Atau menulis, setisp mahasiswa pasti mempunyai laptop, dan membawanya di masing-masing tas mereka. Sangat sayang sekali jika laptop hanya dimanfaatkan untuk sarana yang membantu mahasiswa menyelesaikan tugas kuliah, dan mencari tempat ber-wifi untuk bermain di sosial media. Alangkah lebih baiknya jika mereka juga memanfaatkannya untuk menulis. Menulis apa saja, cepen, puisi, artikel, syukur-syukur bisa sampai membuat novel/buku. Dan jika mereka mau, mereka bisa menjadi mahasiswa yang luar biasa. Anggap saja menulis menjadi karier dini mereka di bangku perkuliahan.
Mengisi waktu luang juga bisa dengan berwirausaha, seperti yang saya lihat di kampus akhir-akhir ini. Mahasiswa perbankan syariah, katanya hanya dengan modal lima puluh ribu dia bisa membuka warung kecil-kecilan itu. Hanya bermodal meja kecil, dan toples untuk tempat uang yang didapat dari makanan-makanan yang dijualnya.

Sampai kampus, dia langsung membuka warungnya, apabila ada kuliah, dia titipkan warungnya kepada temannya, selesai kuliah dia yang menjaga warungnya sendiri. Tetapi tidak juga melupakan kewajibannya untuk belajar, hanya menunggu warung saja juga belum mengisi waktu luang dengan baik, sering membawa buku-buku bacaan bisa menambah kekayaan pengetahuannya. Luar biasa bukan?
Sedikit sekali mahasiswa yang mau menghabiskan waktunya di kampus dengan hal-hal yang positif, mereka banyak yang menjadi mahasiswa kupu-kupu. Hanya kuliah pulang kuliah pulang, selalu begitu, monoton sekali. Rutinitasnya hanya masuk kelas, belajar, selesai terus pulang. Sampai rumah paling-paling hanya menonton televisi, acara-acara tidak jelas, sinetron, ftv, gosip, atau kartun spongebob. Pasti juga tidak banyak waktu mereka habiskan untuk membantu orangtua di rumah, lagi-lagi bermalas-malasan. Mahasiswa seperti ini seharusnya mendapat pencerahan setiap harinya, agar mereka mau menyadari bahwa waktu sekarang sangat menentukan waktu di masa yang akan datang, akan seperti apa dan bagaimana. Semuanya ada di tangan mahasiswa itu sendiri.
Berbagai UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) di bidangnya masing-masing. Olahraga, teater, musik, jurnalistik, pecinta alam, dan bahasa. Setiap mahasiswa pasti mempunya bakat dan minatnya masing-masing. Seharusnya mahasiswa pintar membaca dirinya, mau jadi apa besok? Mahasiswa yang mempunyai bakat menyanyi, masuklah ke UKM di bidang musik, mahasiswa yang mempunyai bakat atlet, ikutlah UKM dalam bidang olahraga. Di sana mahasiswa bisa mengembangkan bakat dan minatnya, tidak sia-sia, sangat bermanfaat untuk hari esoknya.
Mungkin ada di antara mahasiswa yang masih bingung bagaimana cara memilih kegiatan rutin di sela-sela waktu luang yang sesuai dengan diri mereka. Ada hal-hal penting yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan pilihan yakni[4] :
1.      Kenali bakat atau potensimu, intropeksi dengan mengaca pada perjalanan pengalaman prestasi di masa sebelumnya
2.      Pilih kegiatan yang sama atau dekat dengan hobbi.
3.      Pilih kegiatan yang menunjangcita-citamu di masa depan.
Dengan seperti itu diharapkan mahasiswa bisa mempersiapkan karpet merah untuk jalannya ke masa depan.
Budayakan membaca Al-Qur’an di lingkungan kampus, di mana-mana. Itu ngendikane Bapak Imam Mas Arum, dosen mata kuliah Bahasa Indonesia semester satu saya. STAIN Salatiga adalah perguruan tinggi yang bernuansa islam. Maka memang sudah seharusnya STAIN Salatiga disejukan oleh nafas Al-Qur’an. Mahasiswa yang belum melek Al-Qur’an, maksudnya yang belum mempunyai kesadaran untuk meluangkan waktunya dengan membaca Al-Qur’an adalah mahasiswa yang juga belum bisa mensyukuri karunia Allah yang berupa waktu 24 jam setiap harinya.
Membaca Al-Qur’an, selain kita mendapat pahala dari setiap kebaikan di dalamnya, kita juga mendapat ilmu yang luar biasa. Ilmu dari Allah langsung, ilmu yang menciptakan Allah, dan ilmu yang bersumber dari Allah.
Selain membaca, boleh sekali mahasiswa menghafal ayat-ayat di dalam Al-Qur’an, ini akan semakin menjadikan mahasiswa sebagai manusia yang beraqidah dan berakhlak, karena di dalam Al-Qur’an terdapat banyak nilai-nilai kehidupan yang dapat kita ambil dan kita jadikan pedoman untuk menjalani kehidupan di dunia. Serta mengamalkannya.
Jadi, memang benar seharusnya mahasiswa mengisi waktu luangnya dengan membudayakan membaca Al-Qur’an di lingkungan kampus, di masjid, mushola, perpustakaan, di kelas, dan di mana-mana.
Akhirnya, mengisi waktu luang dengan sebaik-baiknya dan seoptimal mungkin merupakan rasa syukur kita kepada Allah SWT yang mengkaruniai nikmat dan kekayaanNya yang berupa waktu 24 jam setiap harinya. Setiap kita mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermakna, itu adalah sebuah kebaikan, dan akan menjadi banyak kebaikan. Dan tidak terasa, kita tidak lagi mempunyai waktu luang yang terbuang percuma. Dan satu lagi, jika kita berani membuang waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, kita juga berani menerima kerugian di masa yang akan datang. Sebaliknya, jika kita berani mengorbankannya dengan sebuah kebaikan, kita juga akan dengan berani mengatakan “Aku bisa menjadi orang sukses karena kebaikanku kepada waktu.”


[1] Yayasan penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama Republik Indonesia, Bandung, 2007, hlm. 601.
[2] Khayeera Indana Hulwah dan Aliyah Tsurayya, Yang Perlu Dilakukan Muslimah Sepanjang Tahun, Qultum Media, Jakarta, 2013, hlm. Vi.
[3] Abu Nayla Al Magety, Manajemen Waktu, Moncer Publisher, Yogyakarta, 2010, hlm. 21.
[4] Tim Tazkiya Stain Salatiga, Menggapai Masa Depan Gemilang, Stain Salatiga Press, Salatiga, 2012, hlm. 59-60.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar